Rabu, 05 November 2014

Agama, religi, ad-dien, dan ad-dienul islam





Agama, religi, ad-dien, dan ad-dienul islam
                                                      
1.        
Agama
Pengertian agama menurut bahasa arab dan Al-Quran mempunyai dua istilah addien dan almillah. Addien berarti syariat dan Almillah berarti orang yang melaksanakan ibadah agamanya.
Dalam pandangan Islam, keberagamaan adalah fithrah (sesuatu yang melekat pada diri manusia dan terbawa sejak kelahirannya).
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚفِطْرَتَ الَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚلَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ الَّهِ ۚذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Surah Ar-Rum ayat 30
2.    Religi
            Secara bahasa, kata religi adalah kata kerja yang berasal dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan ligare artinya menghubungkan kembali tali  hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus oleh dosa-dosanya.
Istilah religi menunjukkan pada aspek religi  yang telah dihayati oleh individu dalam hatinya. Dister menyatakan bahwa di dalam religi terdapat unsur internalisasi agama dalam diri individu. Definisi lain menyatakan bahwa religi merupakan perilaku terhadap agama yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dapat ditandai tidak hanya melalui ketaatan dalam menjalankan ibadah ritual tetapi juga dengan adanya keyakinan, pengamalan, dan pengetahuan menganai agama yang dianutnya.
3.    Ad-dien
Kata Ad Dien dengan mudah dapat kita temukan di dalam al Qur’an, karena kata tersebut adalah kesatuan tentang ajaran agama Islam. Dalam kajian ilmu keislaman pada masa salaf, semua jenis ilmu agama yang bersumber pada al Qur’an dan Hadits dinamakan dengan “Tafaqquh fid-Dien” – baik itu menyangkut kepercayaan (aqoid), peribadatan dan hukum-hukumnya (ubudiyah dan syari’ah) dan konsep-konsep keagamaan lainnya/Muamalah siyasiyah) sebagaimana disebutkan dalam QS.  At Taubah :122.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah: 122)
Belakangan rumpun Ad Dien dikembangkan berdasarkan spesifikasi kajian, sehingga menjadi disiplin ilmu yang bermacam-macam dengan sistematika dan metodologi yang berbeda, sedangkan ad Dien itu sendiri menjadi rumah besar bagi rujukan dan keabsah-an keilmuan Islam. Didalam al Qur’an kita menemukan banyak sekali kata-kata ad Dien, namun kalau diklasifikasikan hanya memiliki tiga arti yaitu diantaranya :
1)      Aturan-aturan agama
2)      Ketaatan, kepatuhan, dan keikhlasan
3)      Hari kiamat atau hari pembalasan
   Dengan demikian dapat disimpulkan, Allah dengan sifat rahman dan rahim-Nya menurunkan aturan-aturan agama untuk dijadikan pedoman mengarungi kehidupan dunia. Pedoman tersebut memerlukan ketaatan dan kepatuhan serta keihlasan yang maksimal dari manusia itu sendiri agar terwujud sisi ideal moral yang diinginkan oleh setiap aturan. Sebetulnya Allah tidak membutuhkan ketaatan atau kepatuhan dari manusia, sebab Allah sudah memberikan kebebasan memilih bagi manusia – apakah manusia mau beriman atau tidak, juga tidak ada paksaan dalam agama, karena telah nyata perbedaan antara jalan kebenaran dan kesesatan. Setiap hukum dan peraturan memerlukan kesadaran dan keihlasan dari pelaku untuk menghasilkan atau mewujudkan maksud diadakannya hukum tersebut yaitu keselamatan, ketentraman, keteraturan dan kebenaran
4.    Ad-dinul Islam
Dinul Islam yang arti sederhananya “Agama Islam”  adalah agama yang ajarannya sangat sempurna karena datang langsung dari Allah SWT. Dinul islam dibawa dan diajarkan oleh para Nabi dan Rasul, sejak Nabi Adam AS, hingga Nai Muhammad SAW. Sebagai nabi terakhir. Bersumber dari kitab-kitab Allah dan sunnah para Nabi yang bersangkutan. Dinul Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu Dinul Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merupakan Din (Agama) yang paling lengkap serta satu-satunya agama yang di ridhoi Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imron ayat 19:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.
(QS: Ali Imran Ayat: 19)

Kalimat Din dalam Bahasa Arab berasal dari kata
دان – يدين – دينا
Artinya : “agama, jalan hidup, peraturan atau undang-undang”
Kata Islam dalam Bahasa Arab berasal dari kata
اسلم – يسلم – اسلاما
Artinya : tunduk, menyerah, patuh selamat dan damai
Dengan demikian Islam dapat berarti senantiasa tunduk, patuh dan meyerahkan diri kepada allah SWT. Islam juga dapat berarti keselamatan dan kedamaian, karena orang yang telah masuk Islam akan selamat dan damai di dunia maupun di akhirat.
Adapun arti Islam menurut istilah adalah senantiasa tunduk, patuh dan menyerah kepadaAllah lahir maupun bathin dengan melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi segala larangannya.


A.      Agama samawi (langit) dan agama ardhi (bumi)
1.         Agama samawi
   Yang dimaksud dengan agama samawi adalah agama yang turun dari langit atau agama yang diturunkan (wahyu) dari Allah SWT melalui malaikat Jibril dan disampaikan oleh Nabi/Rasul yang telah dipilih oleh Allah SWT untuk disebarkan kepada umat manusia. Yang termasuk agama samawi adalah Islam, Yahudi, dan Nasrani.
   Ciri-ciri Agama Samawi yakni memiliki kitab suci yang otentik (ajarannya bertahan/asli dari Tuhan), mempunyai nabi/rasul yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut dari wahyu yang diterima, Agama samawi /wahyu dapat dipastikan kelahirannya, Ajarannya serba tetap, Kebenerannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia,masa, dan keadaan. ALLAH SWT berfirman:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
(QS: Al-Baqarah Ayat: 2)
Berikut adalah nama kitab dan nabi yang menerima:
·      Shuhuf Ibrahim dan Musa, yaitu lembaran yang tertulis di dalamnya wahyu dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Allah berfirman di dalam surat Al A’la:
إِنَّ هَٰذَا لَفِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu,
(QS: Al-A'laa Ayat: 18)
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ
(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa
(QS: Al-A'laa Ayat: 19)
·      Kitab zabur, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud as.
·      Kitab Injil, yaitu kitab yang diturunkan kepada Nabi Isa.
·      Kitab taurat, yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa.
·      Kitab Al Qur’an yaitu kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

2.         Agama ardhi
   Agama ardhi adalah agama yang berkembang berdasarkan budaya, daerah, pemikiran seseorang yang kemudian diterima secara global. Serta tidak memiliki kitab suci dan bukan berlandaskan wahyu. Agama ardhi sangat banyak sekali jumlahnya didunia, diantaranya seperti hindu, budha, kong hu cu, dan lain-lain. Ciri-ciri agama ardhi antara lain: diciptakan oleh tokoh agama, tidak memiliki kitab suci, tidak memiliki nabi sebagai penjelas agama ardhi, berasal dari daerah dan pemikiran masyarakat, ajarannya dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan akal para penganutnya, memiliki konsep ketuhanan panthaisme, dinamisme, dan animisme.
Contoh kitab ardhi antara lain:
·      Tripitaka. Tripitaka adalah kitab umat Buddha. Setiap umat Buddha berpegang teguh kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat ucapan dan ajaran sang hyang Buddha Gautama.
·      Weda. Weda merupakan kitab dari agama Hindu, weda adalah kitab suci umat Hindu yang disusun oleh seorang Maharesu dari kaum brahma krishna Dwaipayana Wyana bersama-sama muridnya.
·      Sishu Wujing, sishu wujing adalah kitab suci penganut konghuchu, Kitab ini disusun oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551 SM. Agama Kong Hu Cu ini dianut oleh sebagian masyarakat Tionghoa (China).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar